Jazulijuwaini.com–Orang beriman harus “bergerak”. Sebab, orang yang berhenti atau tidak bergerak akan tertinggal oleh peradaban. Pergerakan yang dinamis (hayawiyah) inilah yang menjadi hakikat dari makna kehidupan.
Jazuli Juwaini menyampaikan tema hijrah itu dalam khutbah Jumat di Masjid At-Taqwa, Kantor Pusat PLN, Duren Tiga, Jakarta Selatan (27/9/2016).
Menurut Jazuli, Rasulullah saw memutuskan untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah karena dahsyatnya intimidasi yang dilakukan oleh orang-orang musyrik kepada beliau dan para sahabatnya yang menyatakan beriman kepada Allah dan Rasulullah.
“Hijrah itu bukan pilihan, tapi perintah,” ujar Ketua Fraksi PKS DPR ini, seraya merujuk pada wilayah di Kota Mekkah yang sudah tidak kondusif lagi untuk pengembangan dakwah Islam.
Proyek hijrah Rasulullah saw, menurut Jazuli berhasil karena tiga faktor utama yang dilakukan olehnya. Pertama, niat yang lurus dan ikhlas karena Allah swt. Kedua, strategi berhijrah yang dijalankannya secara rapi dan terencana. Ia mencontohkan pembagian tugas kepada Ali bin Abu Thalib yang berperan menggantikannya dalam posisi tidur di kamar. Kemudian Asma bin Abu Bakar sebagai pengantar makanan, dan Amir bin Fuhairah sebagai penggembala domba yang bertugas menghilangkan jejak kaki unta Rasulullah. Sementara Abdullah bin Abu Bakar sebagai tim pengintai musuh.
Faktor ketiga yang membuat hijrah Rasulullah berhasil hijrah adalah adanya evaluasi atau mutaba’ah. Evaluasi ini diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari setiap aktivitas yang dilakukannya. *