Kebersamaan TNI-Rakyat; Oleh: Dr. Jazuli Juwaini, MA

0
64

Setiap tanggal 5 Oktober kita memperingati hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (HUT TNI). Kita semua tentu mengucapkan selamat sambari berharap TNI semakin kuat menjaga kedaulatan republik. Kekuatan TNI tidak hanya bertumpu pada gelaran senjata (alutsista) yang dimiliki, tetapi juga pada kemampuan TNI mendefinisikan ancaman secara tepat dan meresponnya secara tepat.

Tidak kalah penting bagaimana TNI mampu mengagregasikan potensi kekuatan rakyat sebagai kekuatan utama negara. Maka sangat tepat motto HUT yang digagas TNI sejak beberapa tahun terakhir yang mengafirmasi kebersamaan TNI dengan rakyat merupakan faktor utama yang menjadikan TNI kuat, hebat, dan profesional. Hal ini diperkuat oleh Panglima TNI Gatot Nurmantyo dalam amanatnya pada HUT TNI kemarin di Mabes TNI Cilangkap (5/5) yang mengatakan agar TNI selalu terus hidup berdampingan bersama rakyat karena hal ini merupakan ciri dari TNI yang tidak boleh pudar. Bersama rakyat TNI Kuat.

Jika kita baca sejarah lahirnya TNI memang tidak bisa dipisahkan dari rakyat. Jauh sebelum Indonesia merdeka, cikal bakal TNI adalah laskar-laskar rakyat yang mempersenjatai diri dengan senjata seadanya untuk melawan penjajah dengan persenjataan yang modern di masanya. Maka _raison de etre_ TNI ya rakyat itu sendiri sehingga sangat tepat jargon yang sering kita baca dan dengar: bersama rakyat TNI kuat.

Rakyat sebagai kekuatan utama tidak diragukan lagi. Rakyat lah yang berjuang merebut kemerdekaan saat TNI belum terbentuk. Dus keinginan kuat TNI untuk selalu bersama–dan menumbuhkan potensi kekuatan–rakyat menunjukkan kesadaran sejarah TNI yang bukan saja tepat tapi juga cerdas. Bahkan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam beberapa kesempatan mengatakan bahwa doktrin TNI berasal dari rakyat, yang memerdekakan bangsa ini bukan TNI, tidak ada peran TNI sekecil apapun juga, karena TNI belum ada. Tapi rakyat yang bersama-sama merebut kemerdekaan, sehingga setiap orang Indonesia itu punya darah patriot. Bayangkan waktu itu rakyat yang tidak terorganisir mereka berjuang melawan senjata termodern saat itu, dengan senjata sederhana, kemudian bisa menang. Di dunia tidak sampai 5 negara yang merebut kemerdekaannya dengan darah ini. Rakyat adalah ibu kandung TNI.

Kekuatan dan Ancaman

Di awal artikel, penulis mengatakan bahwa kekuatan TNI utamanya terletak pada kemampuan mendefenisikan (potensi) kekuatan negara berikut ancamannya secara tepat pada era yang terus berubah. Dalam konteks ini, TNI secara tepat mendefenisikan hal tersebut dalam dua tema yang selalu didengungkan oleh TNI yaitu “semangat gotong royong” dan “ancaman perang proxy.”

Dua tema ini sejatinya berfokus pada satu hal yaitu “kekuatan rakyat”. Pesannya jelas sebagaimana ungkapan mashur Bapak TNI Panglima Besar Jenderal Sudirman: _Tidak ada kemenangan tanpa kekuatan, tidak ada kekuatan tanpa persatuan, dan tidak ada persatuan tanpa silaturahim_. Indonesia kuat dan jaya jika rakyatnya bersatu dan pengejawantahan persatuan yang paling konstruktif adalah dalam bentuk semangat “gotong royong”. Sementara ancaman terbesar terhadap jiwa dan semangat gotong royong adalah upaya pecah belah dalam bentuk “perang proxy.”

Kurang lebih satu tahun silam Fraksi PKS DPR secara khusus mengundang Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk mempresentasikan perspektif dan analisanya terhadap permasalahan kebangsaan pada Seminar Nasional F-PKS dengan tema “Refleksi 70 Tahun Kemerdekaan” (26 Agustus 2015).

Dalam seminar tersebut, Panglima TNI secara jernih mengulas anatomi masalah kebangsaan kita sekaligus menunjukkan modalitas yang dimiliki bangsa ini untuk menyelesaikannya. Panglima mengajak hadirin untuk merefleksi betapa hari ini kita kehilangan karakter sebagai sebuah bangsa yang santun dan gotong- royong. Betapa sulit sesama anak bangsa saling memuji, sebaliknya betapa sering kita dengar saling menuduh dan menyalahkan. Rakyat sangat mudah disulut konflik. Elit politik saling bertarung kepentingan dan melupakan hakikat musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan.
Bahkan di antara lembaga-lembaga negara—pernah satu masa—kehilangan kepercayaan (_trust_) merujuk konflik antara KPK vs Polri, Pemerintah vs DPR, yang pernah mencuat.

Akibatnya kita menjadi abai pada masalah fundamental bangsa, ikatan kebangsaan menjadi rapuh, sumber-sumber ekonomi secara tak sadar dikuasai dan dieksploitasi asing, kita menjadi sulit fokus pada pengembangan ekonomi dalam negeri sebagai basis _competitiveness_ diantara bangsa-bangsa, arah pembangunan juga menjadi kabur. Dan fenomena inilah, menurut Panglima, diantara aktualisasi perang proxy yang mengancam negara kita dan semestinya kita sadari secara serius.

Perang proxy adalah istilah yang merujuk pada konflik yang terjadi di antara atau di dalam negara dimana negara/kelompok musuh tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan proxy alias wakil atau kaki tangan mereka. Perang proxy merupakan bagian dari modus perang asimetris yang tidak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur dan luasan daerah pertempuran sebagaimana dalam perang konvensional. Perang ini terjadi di segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara serta tidak terlihat karena menggunakan segala macam cara.

Ancaman perang ini semakin sulit ditangani karena sifatnya yang terselubung, musuh yang tak tampak, tapi sangat efektif melumpuhkan kekuatan inti negara. Ia bisa berupa serbuan budaya dan ideologi destruktif, media yang merusak, eksploitasi sumber daya alam, dan perusakan generasi bangsa melalui narkoba dan pergaulan bebas, termasuk upaya menyulut konflik antarsesama anak bangsa dengan isu-isu tertentu. Itu semua dilakukan melalui pihak ketiga dan strategi ini terbilang lebih efektif daripada berhadap-hadapan secara diametral.

Solusi dan Harapan

Menghadapi tantangan dan ancaman nyata tersebut kita tentu menyambut baik upaya TNI yang secara aktif melakukan sosialisasi dan program kemiteraan dengan seluruh elemen bangsa untuk menumbuhkan kembali jiwa dan semangat gotong royong dan menghadang setiap upaya pelemahan negara dalam bentuk perang proxy.

Di sinilah seruan Panglima yang mengajak kita untuk menengok kembali nilai Pancasila menjadi sangat relevan. Pancasila sejatinya memberikan alas yang kokoh bagi kebangsaan kita sejak sila pertama hingga mampu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana amanat sila kelima. TNI bisa diharapkan menjadi yang terdepan dalam mempertahankan ideologi Pancasila, maka respon tegas TNI terhadap ancaman ‘bangkitnya’ paham komunisme (termasuk juga liberalisme) adalah satu hal yang membanggakan dan kita dukung penuh.

TNI juga aktif mengarusutamakan ancaman perang proxy. Sejauh ini hanya TNI yang begitu serius dan konsen terhadap ancaman nyata yang merasuki berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara kita ini. Maka kita berbangga hati dengan langkah TNI melakukan penandatanganan pakta pertahanan perang proxy media dengan belasan lembaga/organisasi dalam rangka memerangi ancaman perang proxy media beberapa waktu silam, sambari berharap agar kerjasama ini semakin diperluas tidak hanya dengan kalangan media dan masyarakat sipil tapi juga dengan elemen pendidikan, aparatur negara, lembaga-lembaga negara dan tak kalah penting dengan elemen politik (partai politik). Fraksi PKS memastikan akan mendukung dan ambil bagian dalam pakta pertahanan perang proxy ini.

Terakhir, penulis berharap agar TNI mempertahankan loyalitasnya semata-mata untuk kepentingan rakyat dan negara dengan menjaga netralitas dan independensinya atas semua kepentingan politik dan golongan. Tetaplah bersama rakyat dan jangan pernah berhadap-hadapan dengan rakyat karena di sanalah letak kekuatan utama TNI dalam menjaga kedaulatan republik. Dirgahayu TNI ke-71. Tabik. (Dimuat Koran Sindo edisi Kamis, 6 Oktober 2016)

SHARE
Previous articleJazuli: Keajaiban Datang Ketika Kita Taat Kepada Allah
Next articleJazuli Temu Konstituen di Pondok Pesantren Roudhotul Jannah Teluk Naga
Dr. H. Jazuli Juwaini, MA Tempat/Tgl Lahir: Bekasi, 2 Maret 1965 Alamat: Jl. Musyawarah No. 10 RT 04/04 Kampung Sawah, Ciputat, Tangsel Riwayat Pendidikan: S1 - Univeristas Muhammad Ibnu Saud Fakultas Syariah S2 - Institut Ilmu Alqur'an Jakarta, Jurusan Tafsir Hadits S3 - Universitas Negeri Jakarta Program MSDM Riwayat Pekerjaan dan Organisasi: -Dosen di Universitas Sahid Jakarta -Anggota DPR/MPR (2004-2009) -Anggota DPR/MPR (2009-2014) -Anggota DPR/MPR (2014-2019) -Ketua Fraksi PKS (2014-2019) -Ketua Dewan Pemakmuran Masjid Indonesia (1999-2004) -Ketua PB Mathla'ul Anwar Bidang Organisasi dan SDM (2008-2013) -Anggota Majelis Wali Amanah PB Mathla'ul Anwar (2013-2018) -Ketua Bid Ekonomi DPP PKS (2009-2014) Publikasi Buku: 1. Menunaikan Amanah Umat (Pustaka Gading Mas, 2006) 2. Otonomi Sepenuh Hati: Evaluasi Implemenasi Otda di Indonesia (I’tishom, 2007); 3. Memimpin Perubahan di Parlemen(I’tishom, 2009); 4. Revitalisasi Pendidikan Islam (Bening Citra Publishing, 2011); 5. Problematika Sosial dan Solusinya(Kholam Publishing, 2012); 6. Otonomi Sepenuh Hati (Edisi Revisi) (Idea, 2015) 7. Mengawal Reformasi, Mengokohkan Demokrasi (Idea, 2015); 8. Menjadikan Demokrasi Bermakna (Idea, 2015) 9. Ulama dan Pesantren Mewariskan Indonesia Merdeka (Idea, 2017) 10. Dahsyatnya Kekuatan Doa (2017) Karya Penelitian Ilmiah: 1. Tesis Arti Penting Asbab Al-nuzul Terhadap Penafsiran Ayat-ayat Hukum (IIQ, 2007) 2. Disertasi Perubahan dan Pengembangan Organisasi DPR Pasca Perubahan UUD 1945 (UNJ, 2016)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.