Spirit Sumpah Pemuda Oleh: Dr. Jazuli Juwaini, MA

0
66

28 Oktober kita peringati sebagai hari sumpah pemuda. Belum lama berselang kita juga memperingati hari santri tepatnya pada tanggal 22 Oktober. Apa kesamaan makna dari keduanya? Keduanya berbicara tentang sejarah kaum muda yang melampaui zamannya, kaum muda yang memiliki kesadaran (conscience) tentang nasib bangsanya lalu memilih untuk mengambil bagian dan peran untuk masa depan yang lebih baik. Inilah pelajaran terbaik genarasi yang dapat kita petik dari hari sumpah pemuda dan hari santri. Berkaca pada sejarah peran kaum muda inilah (bisa jadi) yang melandasi pernyataan Bung Karno yang sangat kita kenal: “Beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncang dunia!”

Di tengah arus perubahan dunia yang begitu cepat dan masif merasuk ke dalam ruang-ruang negara terkadang hidup menjadi serba instan dan melunturkan apa yang disebut sebagai kesadaran kolektif, bahkan mengikis apa yang disebut sebagai kepentingan bersama (national interest). Ikatan kebangsaan kita menjadi rapuh, sendi-sendi negara yang seharusnya dipedomani menjadi kehilangan elan vitalnya, nasionalisme menjadi slogan yang kering makna karena berjarak dengan realitas sehari-hari. Jika sudah demikian, melakukan refleksi terhadap sejarah menjadi jalan terbaik agar kita tidak semakin larut dalam kemunduran dalam berbangsa dan bernegara, dan sejarah sumpah pemuda (juga hari santri) teramat sayang untuk dilewatkan.

Kilas Sejarah Sumpah Pemuda

Sejarah sumpah pemuda adalah sejarah tentang nasionalisme Indonesia. Ia menjadi penanda kuat kesadaran tentang nation jauh sebelum Indonesia merdeka. Kaum muda dari berbagai daerah berkumpul lalu menyatakan ikrar setia, untuk sebuah masa depan yang diimajinasikan bersama. Ia menjadi tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Ikrarnya begitu sarat makna, pun pilihan kalimat begitu bernas sesuai ukuran dan kebutuhan zamannya.

Sumpah pemuda sendiri sejatinya adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita lahirnya “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”. Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia dan agar disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan. Istilah “Sumpah Pemuda” sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Bunyi ikrar sumpah pemuda yang asli terpahat pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda. Penulisannya sendiri menggunakan ejaan van Ophuysen. “Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.”

Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo selaku ketua Panitia Kongres ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini). Soegondo menyatakan setuju dan membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin. Kongres sendiri dihadiri oleh 71 pemuda dari berbagai daerah dan latar belakang organisasi di nusantara.

Anis Rasyid Baswedan dalam Seminar Refleksi Sumpah Pemuda yang diselenggarakan oleh Fraksi PKS DPR RI (Rabu, 26/10) memberikan testimoni betapa jeniusnya pilihan kalimat ikrar sumpah pemuda terutama ikrar mengenai bahasa. Jika dua diktum ikrar lain dinyatakan dengan kata “satu”, tidak demikian dengan ikrar tentang bahasa, ia dinyatakan dengan kalimat “menjunjung bahasa persatuan” bukan “bahasa satu” atau “satu bahasa.” Dan, bahasa persatuan yang disepakati saat itu adalah bahasa Indonesia, bukan bahasa jawa atau bahasa sunda atau bahasa daerah lainnya. Hal ini menegaskan kesadaran akan keindonesiaan yang majemuk atau ber-bhinneka. Menjadi Indonesia tidak berarti harus kehilangan kejawaannya, kebetawiannya, kesundaanya atau kebatakannya tapi itu semua menjadi warna bagi keindonesiaan.

Spirit Sumpah Pemuda

Penulis pribadi mencatat sekurangnya empat pelajaran penting dari momentum sumpah pemuda 1928. Pelajaran itu sangat berharga untuk terus dikaji dan ditanamkan kepada generasi bangsa dalam rangka menghadapi tantangan maupun ancaman kebangsaan yang nyata di hadapan.

Pertama,  sumpah pemuda adalah pelajaran tentang spirit kepeloporan pemuda dalam membangun konsensus kebangsaan. Konsensus yang melahirkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Pemuda dari berbagai daerah dengan latar belakang yang berbeda-beda bersatu untuk masa depan Indonesia. Semangat persatuan ini yang harus kita teladani hari-hari ini. Ikrar sumpah pemuda memberikan alasan kuat untuk menjaga kemajemukan atas dasar penghormatan (respect) bukan penyeragaman. Ada banyak alasan bangsa ini untuk berpecah belah dalam perbedaan yang ada, tapi para pemuda memilih untuk bersatu dalam sebuah nation bernama Indonesia. Maka persatuan adalah marwah bangsa ini dan setiap upaya untuk memecah-belah persatuan, menistakan perbedaan, tidak menghargai keberagaman adalah ancaman nyata bagi kebangsaan kita.

Kedua,   sumpah pemuda adalah bentuk tekad pemuda untuk membangun apa yang disebut sebagai karakter dan identitas kolektif sebagai bangsa. Kalimat sumpah pemuda yang menyatakan untuk bertumpah darah satu, berbahasa persatuan, dan berbangsa satu adalah wujud kesadaran kolektif untuk menjaga apa yang menjadi identitas bersama. Negara-negara di dunia saat ini  banyak yang mengalami krisis identitas. Bahkan, ia menjadi penyebab utama gagalnya sebuah negara (failed state) karena kehilangan akarnya sebagai bangsa. Maka, tugas kebangsaan kita adalah sekuat tenaga menjaga nasionalisme Indonesia dan menjadikannya relevan sepanjang masa.

Nasionalisme ini harus merasuk di hati dan pikiran seluruh pemuda dan rakyat Indonesia. Pun, nasionalisme ini harus tercermin nyata dalam kebijakan negara dan pemerintah dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Nasionalisme dalam bidang ekonomi tercermin dari kehendak kuat dan kebijakan negara dalam menjaga sumber-sumber kekayaan negara dari tangan-tangan aing dan kapitalime global, mendorong kemandirian, dan keberpihakan pada produk dalam negeri, serta pembatasan impor (bukan malah membuka keran impor seluasnya). Kemandirian dalam bidang pangan tercermin dalam upaya serius pemerintah mewujudkan ketahanan pangan, swasembada pangan, keberpihakan nyata pada petani, dan proteksi produk pertanian dalam negeri.

Nasionalisme dalam budaya harus terlihat nyata dari masifnya kebijakan negara yang mempromosikan identitas bangsa yang berketuhanan, berakhlak mulia, termasuk dalam pergaulan muda-mudi. Paham liberalisme dan individualisme dalam budaya bangsa harus diwaspadai serius sebagai ancaman identitas kebangsaan kita. Demikian halnya dalam bidang bahasa, kebanggaan kita berbahasa Indonesia yang baik dan benar, mengutamakan penggunaan kosa kata bahasa Indonesia, mengembangkan serapan bahasa asli Indonesia harus terus ditumbuhkan vis-à-vis kecenderungan kuat penggunaan (serapan) bahasa asing yang makin marak.

Ketiga,   Sumpah Pemuda 1928 membuka jalan bagi kemerdekaan Indonesia dalam membangun fondasi negara-bangsa. Ia seolah menegaskan bahwa tidak ada hasil perjuangan yang instan. Kemerdekaan adalah buah dari perjuangan panjang, dan Sumpah Pemuda adalah salah satu tahap pentingnya. Merawat karakter dan identitas bangsa juga butuh perjuangan panjang agar bangsa ini tetap eksis di tengah tantangan dan ancaman global.

Terakhir keempat, sumpah pemuda harus menjadi alasan kuat bagi segenap elemen bangsa, negara, dan pemerintah untuk memberikan ruang aktualisasi kaum muda agar berkreasi dan menginspirasi negeri. Tidak hanya sumpah pemuda, hampir semua momentum penting negeri ini terutama menyangkut reformasi nasional selalu melibatkan peran pemuda di dalamnya bahkan perannya sebagai penggerak utama perubahan. Selamat Hari Sumpah Pemuda untuk seluruh pemuda Indonesia. (dimuat di Koran Sindo, edisi Jumat, 28 Oktober 2016)

 

 

SHARE
Previous articleHadiri Peringatan Sumpah Pemuda Bersama PKS, Anies: Kita Rawat Kebhinekaan!
Next articleJazuli Hadiri Peluncuran Pusat Khidmat PKS Kab Tangerang
Dr. H. Jazuli Juwaini, MA Tempat/Tgl Lahir: Bekasi, 2 Maret 1965 Alamat: Jl. Musyawarah No. 10 RT 04/04 Kampung Sawah, Ciputat, Tangsel Riwayat Pendidikan: S1 - Univeristas Muhammad Ibnu Saud Fakultas Syariah S2 - Institut Ilmu Alqur'an Jakarta, Jurusan Tafsir Hadits S3 - Universitas Negeri Jakarta Program MSDM Riwayat Pekerjaan dan Organisasi: -Dosen di Universitas Sahid Jakarta -Anggota DPR/MPR (2004-2009) -Anggota DPR/MPR (2009-2014) -Anggota DPR/MPR (2014-2019) -Ketua Fraksi PKS (2014-2019) -Ketua Dewan Pemakmuran Masjid Indonesia (1999-2004) -Ketua PB Mathla'ul Anwar Bidang Organisasi dan SDM (2008-2013) -Anggota Majelis Wali Amanah PB Mathla'ul Anwar (2013-2018) -Ketua Bid Ekonomi DPP PKS (2009-2014) Publikasi Buku: 1. Menunaikan Amanah Umat (Pustaka Gading Mas, 2006) 2. Otonomi Sepenuh Hati: Evaluasi Implemenasi Otda di Indonesia (I’tishom, 2007); 3. Memimpin Perubahan di Parlemen(I’tishom, 2009); 4. Revitalisasi Pendidikan Islam (Bening Citra Publishing, 2011); 5. Problematika Sosial dan Solusinya(Kholam Publishing, 2012); 6. Otonomi Sepenuh Hati (Edisi Revisi) (Idea, 2015) 7. Mengawal Reformasi, Mengokohkan Demokrasi (Idea, 2015); 8. Menjadikan Demokrasi Bermakna (Idea, 2015) 9. Ulama dan Pesantren Mewariskan Indonesia Merdeka (Idea, 2017) 10. Dahsyatnya Kekuatan Doa (2017) Karya Penelitian Ilmiah: 1. Tesis Arti Penting Asbab Al-nuzul Terhadap Penafsiran Ayat-ayat Hukum (IIQ, 2007) 2. Disertasi Perubahan dan Pengembangan Organisasi DPR Pasca Perubahan UUD 1945 (UNJ, 2016)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.