Dalam sambutannya HNW menerangkan pentingnya sosialisasi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai upaya untuk menjaga dan mengokohkan ke-Indonesia-an.
Sementara, Jazuli Juwaini dalam presentasinya menekankan pentingnya memahami sejarah perjuangan dan kemerdekaan Indonesia yang penuh pengorbanan terutama dari kalangan ulama dan umat Islam.
Makanya, ia termasuk yang menyesalkan adanya upaya mendeskriditkan ulama dan umat Islam sebagai anti-NKRI dan anti-Pancasila.
“Kita tidak menafikan perjuangan saudara-saudara kita yang lain, tapi jelas tidak bisa dipungkiri pengorbanan terbesar kemerdekaan Indonesia disumbang oleh ulama dan umat Islam. Maka dalam tubuh umat ini mengalir darah cinta NKRI dan Pancasila,” kata Jazuli mantap.
Pernyataan Jazuli ini menanggapi pernyataan dan pertanyaan Ketua Senat Mahasiswa UIN dan beberapa mahasiswa yang merasa kondisi kebangsaan akhir-akhir ini seolah ada benturan antara keislaman dan keindonesiaan, fenomena persekusi ulama, hingga tuduhan ulama anti-NKRI.
Anggota Komisi I DPR RI ini kemudian memaparkan fakta sejarah betapa ulama dan umat Islam begitu cinta NKRI.
“Siapa yang legowo dan berlapang dada saat 7 kata dalam Piagam Jakarta, yang sudah disepakati bersama, akhirnya dihapus? Ulama kita! Demi saudara-saudara kita dari Indonesia Timur supaya tetap bergabung dalam NKRI dan mengurungkan niat memisahkan diri,” ujarnya.
“Siapa yang tokoh yang terkenal dengan pekik takbirnya? Bung Tomo! Beliau menghayati betul menjaga kemerdekaan negeri ini sebagai panggilan jihad,” terangnya.
“Panglima Besar Jenderal Sudirman adalah seorang ulama dari Persyarikatan Muhammadiyah, yang totalitas berjuang dengan tetap menjaga ketaatan dalam ibadah yang diteladani seluruh pasukannya,” tambahnya.
“Siapa pula yang punya inisiatif menyatukan kembali NKRI yang dipecah belah oleh Belanda menjadi Negara Serikat atau RIS? Muhammad Natsir! Dengan Mosi Integral-nya pada tahun 1950, Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Siapa M. Natsir? Ketua Umum Partai Islam Masyumi,” tuturnya.
Jadi, kata Jazuli, sangat besar pengorbanan ulama dan umat Islam dalam meraih dan menjaga kemerdekaan.
“Maka saya mengajak mahasiswa UIN ayo hapus stigmatisasi umat Islam anti NKRI atau anti Pancasila. Caranya dua,” ucapnya.
“Yang pertama, mari kita pahami dan pahamkan sejarah kepada masyarakat betapa besar pengorbanan ulama dan umat Islam bagi bangsa ini. Dan kedua, mari kita jaga Indonesia ini dengan menjaga Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika dengan sungguh-sungguh sebagai warisan ulama dan umat Islam,” ungkapnya.
Di akhir acara, Anggota DPR Dapil Banten ini membagikan kepada seluruh peserta buku karyanya yang relevan dengan diskusi, berjudul “Ulama dan Pesantren Mewariskan Indonesia Merdeka”. Buku yang diberi pengantar oleh KH. Salahudin Wahid dan Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid ini bercerita tentang kontribusi ulama dan kaum santri sepanjang sejarah perjuangan bangsa.
“Buku ini bentuk kecintaan kita pada Indonesia, agar generasi sekarang tidak melupakan sejarah atau “jas merah” dan tidak melupakan jasa ulama atau “jas hijau” sehingga kita semua bisa mengambil peran sejarah untuk menjaga Indonesia”, tutup Jazuli disambut tepuk tangan meriah. http://www.teropongsenayan.com/90251-jazuli-ajak-mahasiswa-uin-jakarta-hapus-stigma-umat-islam-anti-nkri