Wakil Ketua Komisi VIII DPR,
Jazuli Juwaini, menyayangkan kemunculan film itu. “Saya sangat menyayangkan di negara yang maju, modern (Amerika) masih muncul soal sentimen agama tersebut. Ini menandakan masih ada sentimen terhadap kelompok agama tertentu,” kata Jazuli Juwaini kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (13/9).Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menegaskan, film itu membuka ruang terjadinya kerusuhan. Karena itu, dia mengimbau agar umat beragama di Indonesia tidak terprovokasi.
“Mengusik sekelompok umat beragama berarti membuka ruang untuk pihak-pihak yang dalam hidup ini menyukai kerusuhan. Karena ada orang dalam hidup ini menikmati kerusuhan dan bahkan menikmati keuntungan dari kerusuhan itu. Dengan menyentuh persoalan itu artinya membuka peluang untuk membuka pintu kerusuhan padahal kita tidak ingin ada sentimen agama dalam hidup ini,” jelas Jazuli.
Lebih lanjut dia mengimbau masyarakat Indonesia tidak terpancing dan menyikapi persoalan secara cerdas dan obyektif. “Harus bisa tahan diri, jangan terprovokasi. Sementara Kedubes AS di RI ini tolong selesaikan masalah di negaranya yang mengusik kelompok umat beragama,” katanya.
Film The Innocence of Muslims telah mengakibatkan umat muslim tersinggung. Bahkan, akibat film itu, kantor Konsulat Amerika Serikat di Kota Benghazi, Libya, menjadi target serangan milisi bersenjata Selasa lalu.
Empat warga Amerika tewas, termasuk Duta Besar Amerika untuk Libya John Christopher Stevens.