Jazulijuwaini.com–Daya saing ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM). Tidak ada negara maju tanpa ditopang kemajuan SDM-nya.
Pernyataan itu dikemukakan Anggota Komisi I DPR RI Jazuli Juwaini saat menjadi pembicara dalam Pelatihan dan Sertifikasi Berbasis SKKNI Bidang TIK Bagi Angkatan Kerja Muda, di Ged. Pusat TIK Nasional BLSDM Kemkominfo, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (19/5/2017).
Menurut Jazuli, kualitas SDM meliputi tiga komponen, yatiu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku/karakter (attitude).
“Kualitas SDM sangat tergantung pada penguasaan atas ‘meta kecerdasan’: kecerdasan intelektual (kemampuan belajar dan menguasai keahlian tertentu), kecerdasan emosional (kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi), dan kecerdasan spiritual (kemampuan hidup bermakna),” ujarnya.
Ketua Fraksi PKS DPR RI ini mengatakan bahwa kualitas SDM diproses melalui pendidikan dan pelatihan, yang maksudnya bisa dipelajari dan ditingkatkan secara berkesinambungan.
“Pembelajaran dan pelatihan SDM tentu harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman (kebutuhan dan tuntugan lapangan dan lingkungan kerja),” terangnya.
Dunia hari ini, lanjut Jazuli, telah berkembang demikian pesat akibat globalisasi. Globalisasi yang ditandai dengan lunturnya sekat-sekat atau batas-batas negara, terutama karena revolusi teknologi dan informasi. “Maka kita mengenal istilah ‘global village’ atau ‘desa global’, apa yang terjadi di belahan dunia lain bisa kita ketahui secara real time di tempat kita berada,” tandasnya.
Globalisasi, menurutnya, juga ditandai oleh pasar bebas (free market) arus barang dan jasa termasuk pasar tenaga kerja antar negara, sehingga kita mengenal globalisasi dan regionalisasi ekonomi seperti pasar bebas ASEAN, pasar bebas ASEAN plus Cina, dll.
Hal tersebut membawa peluang dan tantangan, sekaligus ancaman; peluang bagi negara yang mampu berkompetisi, sehingga mampu menjadi pemenang (produsen, importir, skilled labour/SDM terampil), serta ancaman bagi negara yang tidak siap berkompetisi (konsumen, importir, unskilled labour/SDM lemah).
Di samping kemajuan, lanjut Jazuli, globalisasi juga membawa ekses atau dampak negatif bagi kehidupan, antara lain: masifitas budaya liberal dan sekuler, lunturnya nilai-nilai budaya dan agama luhur, agresifitas kehidupan (kejahatan, kekerasan, dll), eksploitasi sumber daya, dll.
“Negara yang maju di era ini adalah negara yang mampu memanfaatkan peluang di era globalisasi, ditandai antara lain idengan kemampuan atau penguasaan suatu negara terhadap teknologi dan informasi,” terangnya. Dia menyebut pakar ekonomi dunia Jeffery Sachs (A New Map of The World, 2005) yang memetakan kemajuan negara dunia berdasarkan penguasaan sains dan teknologi, yaitu pertama negara technologically innovators (inovasi teknologi) yang hanya 15% dari penduduk dunia. Negara-negara yang masuk dalam kategori ini antara lain AS, Inggris, Jepang, Taiwan, dan Korsell
Kedua, negara technologically adopters (pengadopsi/pengguna teknologi), yang jumlahnya sekitar 50% penduduk dunia. Negara-negara yang masuk dalam kategori ini umumnya negara berkembang.
Ketiga, negara technologically excluded (tidak menguasai teknologi sama sekali), sekitar 30%, umumnya negara-negara miskin dan terbelakang. Mengapa negara yang menguasai sains dan teknologi rata-rata menjadi menjadi negara maju?
“Karena nilai tambah yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi menghasilkan lompatan luar biasa atas income (pendapatan) suatu negara daripada yang hanya mengandalkan sumber-sumber tradisional (sumber daya alam: minyak, gas, pertanian, dll) tanpa rekayasa teknologi,” tegasnya. “Maka investasi SDM sangat penting dalam struktur ekonomi dunia saat ini. Negara-negara yang maju menginvestasikan sebagian besar dananya pada pengembangan SDM,” lanjutnya.
Terkait pengembangan SDM tersebut, dia mengajak kita semua kembali merujuk pada visi pengembangan SDM Indonesia dalam UUD 1945 Pasal 34:
“Pemerintah mengusahan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa” (Ayat 3).
“Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia” (Ayat 5)
Dia menyebutkan profil SDM di era globaliasi agar siap berkompetisi setidaknya meliputi ciri-ciri: berpegang pada nilai ajaran agama dan budaya luhur, berintegritas dan bertanggung jawab, bebudaya membaca yang kuat/memiliki pengetahuan dan wawasan luas, berbudaya ilmiah/memiliki kemampuan analisis dan sistematik, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi alias tidak “gaptek” (gagap teknologi), memiliki karakter kreatif dan inovatif, serta memiliki mental wirausaha (berani mencoba, mandiri, dan pantang menyerah).